Segera hadir di Baubau. Pertunjukan tanpa lampu sorot, tanpa tirai tebal dan tanpa panggung yang tinggi. Banti to Akoro, sebuah karya dari Teater Sora. Sebuah pertunjukkan dengan pendekatan site-specific performance, atau pertunjukkan berbasis pemukiman warga.
Pertunjukkan ini akan dihelat selama empat hari. Dimulai dari
tanggal 13 hingga 15 Juni 2025. Lokasinya berada di Benteng keraton, Loji,
Tarafu, Lipu, Topa dan akan Kembali menuju ke ngangana umala
Banti to Akoro menyajikan narasi yang lahir dari realitas keseharian Warga
dari pinggiran Baubau: tentang perebutan ruang hidup tak kasat mata, tentang rumah
yang reyot, tentang bau amis laut, dan ingatan-ingatan warga yang mengaharubiru.
Aktor-aktornya bukan hanya yang terlatih, melainkan juga warga sekitar yang
terlibat secara langsung dalam pementasan.
Melalui Banti
to Akoro, teater sora akan membumikan apa yang ada dilangit. Banti to akoro
adalah tema yang dipilih untuk mempertegas kesenian bukanlah sekadar milik
bangsawan adat, tetapi juga adalah milik warga. Pertunjukkan ini adalah upaya
untuk melihat ulang kabhanti sebagai Bahasa dan laku warga sehari -hari.
Pertunjukkan ini adalah pernyataan untuk mengingatkan bahwa cerita warga
bukanlah latar belakang, tapi isi utama. Taeter ini berangkat dari pernyataan kritis;
Seni tidak melayang di atas kepala kita—ia bukan milik lapis atas, ia berpijak,
menyapa, dan mengajak bicara.
Pertunjukan ini juga menolak kemewahan tata panggung atau
peran-peran dramatis ala teater konvensional. Sebaliknya, Banti to Akoro
memilih mendekat pada yang biasa dan akrab: suara ibu-ibu menanak nasi, obrolan
di pasar ikan, dan langkah anak-anak pulang sekolah. Semua itu menjadi bagian
dari dramaturgi yang hidup dan cair.
Untuk itu, Teater
Sora mengundang seluruh warga Baubau untuk tidak hanya
menonton, tetapi ikut meramaikan dan merasakan sendiri pengalaman menyaksikan
teater dalam bentuk yang berbeda.
Karena kota
ini tidak selalu harus berisi tatakrama para raja atau festival artifisial nirmakna
di alun-alun. Baubau juga tumbuh dari suara para penjual ikan, dari langkah
anak-anak sekolah, dari tawa para tukang ojek di pertigaan, dan dari para
pembuat gerabah yang terlupakan oleh Kota. Semua itu adalah naskah kehidupan
yang layak ditampilkan, dipahami, dan dirayakan.
Kalian bisa
hadir di lokasi-lokasi pertunjukan spesifik seperti Loji, Tarafu, Bone-bone,
Lipu dan Topa. Semua dapat diakses secara gratis. Teater Sora menghelat ini tanpa
syarat, tanpa tiket, tanpa protokol yang rumit. Cukup datang dan terlibat.
Teater Sora
berharap pertunjukan ini membuka peluang partisipasi warga Kembali dalam upaya Merebut
makna ruang publik di Tengah kota. Juga disaat yang bersamaan, dapat
memperkenalkan situs-situs warga sebagai sesuatu yang penting namun dilupakan
oleh Baubau.
Tuan, Puan,
dan Handai Taulan sekalian, catat tanggalnya, jadilah bagian dari pertunjukkan
yang membawa seni Kembali berpijak di Bumi.
Hormat Kami
Tim redaksi
Jurnal Latalombo.
Komentar
Posting Komentar