Seratus hari kerja adalah waktu yang cukup untuk menunjukkan arah kepemimpinan. Di Baubau, pasangan H. Yusran Fahim dan Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu berhasil mencatat capaian pembangunan yang tidak sedikit. Sebagai warga kota Baubau saya merasa inisiatif ini adalah pertanda baik untuk publik. Perubahan-perubahan itu mulai dari pasar murah, peningkatan UMKM, hingga revitalisasi ruang publik. Selain pembenahan fisik, salahsatu komitmen unggulan dari H. Yusran Fahim dan Ir. Wa Ode Hamsinah Bolu adalah gerakan Hijau Baubau berkelanjutan. Namun, dibalik gempita keberhasilan itu ada yang mengganjal— Gerakan Hijau Baubau Berkelanjutan yang seharusnya ideal, justru bekerja secara cacat dilapangan. Faktanya, pohon-pohon yang seharusnya menjadi penyangga hidup warga kota Baubau, justru dijadikan etalase. Pohon-pohon diberi lampu, batang hingga rantingnya dililit kabel, tubuh pohon dipaku lalu dialiri listrik, belum lagi dampaknya bagi manusia yang melintas dan hewan yang hidup diatasnya. Kota...
Sekumpulan bocah berlari kegirangan di atas pasir. Ada yang membuat bola pasir lalu mengadunya sampai salah satu bola pecah. Sementara itu para remaja asik menggiring bola, mengoper, dan berusaha mencetak gol di gawang yang hanya ditandai dengan tumpukan pasir dan sandal. Tim yang ketinggalan skor akan membuka bajunya. Dan pertandingan baru berakhir setelah kedua tim sama-sama kelelahan. Di tempat lain ada sekelompok ibu-ibu dan anak gadisnya yang mencari kerang, kepiting dan ikan untuk lauk makan malam. Di pesisir, ada nelayan yang menambal perahunya untuk digunakan kembali keesokan harinya. Matahari mulai kembali ke peraduannya. Seluruh kegiatan itu akan berhenti ketika air naik atau azan magrib berkumandang. Mana yang lebih dulu hadir, itu tak penting. Air akan pasang dan menutupi pasir dan batuan karang. Masing-masing dari mereka akan bergegas menuju daratan. Para ibu akan pulang untuk memasak ikan, kerang atau kepiting hasil buruan yang akan disantap...